PERCOBAAN I
REKRISTALISASI
I.
Tujuan
Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu mahasiswa dapat mempelajari
pemurnian suatu senyawa melalui proses rekristalisasi.
II.
Waktu dan Tempat
Adapun waktu dan tempat dilakukannya praktikum yaitu
:
Waktu : 03 November 2012 pukul 08.00-selesai.
Tempat : laboratorium kimia lanjut FKIP UNTAD.
III.
Hasil Pengamatan
Adapun hasil pengamatan yang
diperoleh yaitu :
A. Garam
CuSO4.5H2O
No
1
2.
3.
4.
5.
6.
|
Perlakuan
Menimbang 2 gram CuSO4.5H2O
Aquades panas +
padatan CuSO4.5H2O sebanyak 2 gram
Didiamkan selama 1
hari
1 ml larutan +
aquades
1 ml larutan + HCl
pekat
1 ml larutan + NaOH
encer
|
Hasil
-
Padatan berwarna biru muda
-
Larutan berwarna biru muda
-
Tidak terbentuk Kristal
-
Larutan berwarna biru keruh
-
Larutan berwarna biru bening
-
Larutan berwarna biru tua dan
terdapat endapan.
|
B. Pembuatan
garam rangkap CuSo4(NH4)2.6H2O
No
1.
2
3
4.
5.
6.
.
|
Perlakuan
CuSO4.5H2O
0,08 Mol (19,96 gram) + (NH4)2SO4 0,08 Mol
(10,56 gram)
CuSO4.5H2O
+ (NH4)2SO4 + aquades 60 ml + dipanaskan
Didiamkan selama 1
hari 2 malam
Menimbang kertas
saring dan kaca arloji
Menyaring Kristal
dengan kertas saring + menimbang Kristal
5 gram Kristal + 15
ml aquades
1 ml larutan +
aquades
1 ml larutan + HCl
pekat
1 ml larutan + NaOH
encer
|
Hasil
# CuSO4.5H2O
berbentuk padatan berwarna biru dan
(NH4)2SO4 berbentuk padatan berwarna putih.
# Larut dan berwarna biru
# Terbentuk Kristal
berwarna biru
# Diperoleh massa
sebesar 23,36 gram
# Diperoleh massa
Kristal 34,69 gram
# Larut dan berwarna
biru
# Larutan berwarna
biru
# Larutan berwarna
hijau muda
# Larutan berwarna
biru tua dan terbentuk endapan
|
C. Pembuatan
garam kompleks Cu(NH3)2SO4.H2O
No
1.
2.
3.
4.
5.
|
Perlakuan
Aquades
+ amoniak pekat
Aquades
+ amoniak pekat + padatan CuSO4.5H2O
Aquades
+ amoniak pekat + padatan CuSO4.5H2O + etanol (dialiri melalui dinding gelas
kimia)
Didiamkan
selama 1 hari 2 malam + disaring, dibilas dengan amoniak pekat dan etanol +
ditimbang
5
gram Kristal + 15 ml aquades
1
ml larutan + aquades
1
ml larutan + HCl pekat
1
ml larutan + NaOH encer
|
Hasil
#
Bening larutannya menyatu
# Larutan berwarna
biru keunguan
# Larutan terpisah
menjadi dua lapisan dimana lapisan pertama etanol berwarna keruh sedangkan
lapisan kedua campuran dari aquades + amoniak pekat + CuSO4.5H2O yang
berwarna biru keunguan.
# Terbentuk Kristal
dan berat Kristal diperoleh 20,36 gram
# Larutan berwarna
biru tua
# Larutan berwarna
biru tuan
# Larutan berwarna
hijau muda
# Larutan berwarna
biru pekat dan terbentuk endapan
|
IV.
Perhitungan
A. Untuk
garam rangkap
Dik
: massa CuSO4.5H2O = 19,96 gram
Massa (NH4)2SO4 = 10,56 gram
Massa CuSO4(NH4)2SO4.6H2O = 34,69 gram
Mula” = 0,08
mol 0,08 mol -
Stmbg =
- -
0,08 mol
Mr CuSO4(NH4)2SO4.6H2O
Massa CuSO4(NH4)2SO4.6H2O = Mol
x Mr CuSO4(NH4)2SO4.6H2O
= 0,08 mol x 399,5 gram/mol
= 31,96
Massa
teoritis
31,96 gram
= 108,5 %
B. Untuk
garam kompleks
Dik :
massa CuSO4.5H2O = 20,36 gram
Volume NH3 = 22,5 ml
P
NH3 = 0,91
gram/ml
Massa Cu(NH3)2SO4.H2O = 20.36 gram
Mol
CuSO4.5H2O = gram
149,6
gram/mol
Massa
NH3 = P
x V
= 0,91 gram/ml x 22,5 ml
= 20,475 gram
Mr
17
gram/mol
Mula” 0,06 mol 1,20 mol -
Stmbng - 0,8 mol
0,06 mol
Mr
Massa = Mr x mol
= 245,5 gram/mol x 0,06 mol
= 14,73 gram
Massa teoritis
14,73 gram
= 138,2 gram
V.
Persamaan Reaksi
a. Garam
biasa CuSO4.5H2O
1.
CuSO4.5H2O(s) +
H2O(l) CuSO4(s) + 6H2O(aq)
2.
CuSO4(s)
+ 5H2O(l) CuSO4.5H2O(aq)
3.
CuSO4(s) + HCl(aq) CuCl2(aq) +
H2SO4(aq)
4.
CuSO4.5H2O(s)
+ NaOH(aq) Cu(OH)2(s) +
Na2SO4(aq)
b. Garam
rangkap Cu(SO4)2S04.6H2O
1.
CuSO4.5H2O(s)
+ (NH4)2SO2(s) + H2O CuSO4(NH4)2SO4.6H2O(s)
2.
CuSO4(NH4)2SO4.6H2O(aq)
+ H2O(l) Cu2+
+ 2SO42- + 2NH4+ + H2O
3.
CuSO4(NH4)2SO4.6H2O(aq)
+ 2HCl(aq) 2NH4Cl(aq) + . H2SO4(aq) + COCl2(s)
4.
CuSO4(NH4)2SO4.6H2O(aq)
+ 2NaOH(aq) 2NH4OH(aq) .
+ Na2SO4(aq) + 2Cu(OH)2(s)
c. Garam
kompleks
1.
CuSO4.5H2O(s)
+ 4NH3(aq) + H2O(l) Cu(NH3)2SO4.H2O(s)
2.
Cu(NH3)4SO4.H2O(aq)
+ H2O(l) [Cu(NH3)4]2)
+(aq) + SO42-
+ 2 H2O
3.
Cu(NH3)4SO4.H2O(aq)
+ HCl(aq) [Cu(NH3)4]Cl2
4.
Cu(NH3)4SO4.H2O(aq)
+ NaOH(aq) [Cu(NH3)4](OH)2
VI.
Pembahasan
Rekristalisasi
adalah salah satu cara pemurnian padatan (dalam bentuk serbuk) yaitu dengan
mengulang kristalisasi agar diperoleh zat kristal murni, kristalisasi senyawa
organik dipengaruhi oleh pelarut, pelarut yang umum digunakan untuk tujuan
kristalisasi adalah air, metal alkohol, etil alkohol, etil asetat, aseton, etil
eter, kloroform, benzen, karbon tetraklorida (CCl4) (Anonim, 2011).
Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu mahasiswa
dapat mempelejari pemurnian suatu senyawa melalui proses rekristalisasi.
A.
Pembuatan
garam biasa
Pada perlakuan ini yaitu memasukkan
garam CuSO4.4H2 ke dalam gelas kimia dan menimbang 2 gram CuSO4.4H2O tujuannya
yaitu untuk mengetahui massa garam yang akan diguanakan, kemudian setelah itu
memanaskan aquades setelah itu
memasukkan garam CuSO4.5H2O ke dalam gelas kimia yang berisi aquades dan
sementara dipanaskan sampai volumnya menjadi 40 ml. setelah itu mendinginkan
larutan ini dan ditutup dengan kaca arloji dan disimpan selama 1 malam 2 hari.
Tujuan dari penutupan dengan kaca arloji agar larutan ini tidak terkontaminas
(Anonim,2011).
B.
Pembuatan
garam rangkap
Garam
rangkap merupakan garam yang merupakan campuran bermacam-macam ion sederhana
yang akan mengion apabila dilarutkan kembali. Garam rangkap terbentuk melalui
kristalisasi dari larutan campuran sejumlah ekuivalen atau lebih garam tertentu
dengan perbandingan tertentu pula. Garam ini memiliki struktur sendiri dan
tidak harus sama dengan struktur garam komponennya. Logam tembaga merupakan
logam merah muda yang lunak,dapat ditampa dan liat, tembaga dapat melebur pada
suhu 1038oC karena potensial elektrodanya positif (+0,34 V) utuk
pasangan Cu/Cu2+ tembaga tidak larut dalam asam klorida dan asam
encer, meskipun dengan adanya oksigen tembaga bisa larut. Kebanyakan senyawa Cu
(I) sangat mudah teroksida menjadi Cu (II). Namun oksidasi selanjutnya menjadi
Cu (II) adalah sulit. Terdapat kimiawi larutan Cu2+ yang dikenal baik dan
sejumlah besar garam sebagai anion didapatkan banyak diantaranya larut dalam
air, menambah perbendaharaan kompleks sulfat biru, CuSO4. 5 H2O yang paling
dikenal (Stmujahidah, 2011).
Pada perlakuan yang pertama yaitu menimbang 19,96 gram Kristal tembaga
(II) sulfat yang berarna biru dan 10.56
gram ammonium sulfat yang berwarna putih dengan menggunakan neraca digital kemudian
melarutkan 0,08 mol tembaga (II) sulfat dan 0,08 mol ammonium sulfat dan
menambahkan aquades diperoleh warna larutannya menjadi biru keruh hal ini
dikarenakan pencampuran yang kurang sempurna serta Pelarut aquades digunakan
karena air mempunyai momen dipol yang besar dan ditarik baik ke kation maupun
anion untuk membentuk ion terhidrasi. dan karena kedua garam yang bereaksi
dapat larut dalam air serta tetap berupa satu spesies ion. Setelah itu
memanaskannya hingga larutannya berubah menjadi jenuh dimana pemanasan juga
bertujuan untuk mempercepat proses reaksi kemudian mendinginkannya sambil
menutupnya dengan kaca arloji proses pendiaman dilakukan selama satu hari dua
malam tujuan penutupan agar larutan tidak terkontaminasi dengan keadaan luar
(Anonim, 2011)
Ligan merupakan spesies yang memiliki atom
yang dapat menyumbangkan sepasang elektron pada ion logam pusat pada tempat
tertentu dalam lengkung koordinasi. Sehingga ligan merupakan basa lewis dan ion
logam merupakan asam lewis ( Annisanfussie, 2009)
Kebanyakan ligan adalah anion atau
molekul netral yang merupakan donor electron. Ada beberapa jenis ligan yaitu:
1.
Ligan monodentat
Ligan seperti ini menyumbangkan
sepasang electron kepada sebuah atom ligan, umumnya adalah I-, Cl-,
Br-, CN-, NH3, H2O, OH, dan
lain-lain.
2.
Ligan bidentat
Ligan seperti ini mengandung dua
atom yang masing-masing secara serempak membentuk dua donor elektron kepada ion
logam yang sama.
Contoh: diammine, difosfin.
3.
Ligan polidentat
Ligan ini mengandung lebih dari dua atom yang
masing-masing secara serempak membentuk ikatan ion logam yang sama, biasanya
disebut ligan Chellat.
Contoh: EDTA (Annisanfushie,
2011)
Pada
garam rangkap CuSO4(NH4)2SO4.6H2O
yang menjadi ion pusat adalah Cu2+, sedangakan yang menjadi liganya
adalah SO42- dan NH4+. Ion Cu2+
ini memiliki bilangan koordinasi 4 yang berarti terdapat empat buah ruangan
yang tersedia disekitar atom Cu2+ yang dapat diisi oleh sebuah ligan
pada masing-masing ruangan. Jadi pada garam rangkap CuSO4(NH4)2SO4.6H2O,
dua buah ruangan diisi oleh SO42- sedangkan 2 sisanya
diisi oleh NH4+. Ion yang memiliki bilangan koordinasi 4
seperti Cu2+ ini umumnya molekulnya berbentuk tetrahedron, tapi
kadang-kadang ditemukan juga molekul yang memiliki susunan datar (atau hampir
datar), dimana ion puat berada dipusat suatu bujur sangkar dan keempat ion
menempati keempat sudut bujur sangkar (risky, 2011).
Setelah didiamkan selama 1 hari dua malam
dan terbentuk kristal maka langka selanjutnya yaitu menyaring kristal tersebut
menggunakan corng yang dilapisi dengan kertas saring adapun tujuan dari
pengaringan yaitu untuk memisahkan kristal dari larutannya setelah itu
mengeringkan kristal agar air yang masih ada pada kristal menguap sehingga
diperoleh kristal yang betul-betul kering. Kemudian menimbang kristal dengan
menggunakan neraca digital tujuannya yaitu untuk menentukan berat kristal yang
diperoleh adapun beratnya yaitu 34,69 gram dan persen rendemen yang diperoleh
yaitu 108,5 % hal sangat jauh berbeda dengan litaratur yang ada yakni 100
% hal ini dikarenakan terjadi kesalahan
dalam praktikum dalam hal ini proses pengeringan dimana kemungkinan masih ada
air yang belum menguap sehingga mempengaruhi penimbangan (Risky, 2011)
C. Pembuatan garam kompleks
Tembaga membentuk senyawa dengan tingkat
oksidasi +1 dan +2 namun hanya tembaga (II) yang stabil dan mendominasi dalam
larutan air. Dalam larutan air hampir semua garam tembaga (II) berwarna biru
yang karakteristik dari warna ion kompleks koordinasi 6, [Cu(H2O)6]2-.
Kekecualian yang terkenal yaitu tembaga II klorida yang berwarna kehijauan oleh
karena ion kompleks [CuCl4]2- yang mempunyai bangun
geometri dasar tetrahedral atau bujur sangkar bergantung pada kation
pasangannya (Annisanfushie, 2009). Pada pembuatan garam rangkap, yaitu pertama
mereaksikan larutan amoniak pekat dengan aquades dan diperoleh larutannya
bening dan menyatu setelah mereaksikan kristal CuSO4.5H2O
dengan Larutan ammonia pekat yang sudah diencerkan dengan aquades dan siperoleh
larutannya berwarna biru keunguan
Larutan ammonia (NH3) berfungsi
sebagai penyedia ligan, dan Kristal CuSO4.5H2O yang
berfungsi sebagai penyedia atom pusat, sedangkan pengenceran dengan auades
adalah sebagai pengkompleks Cu2+ yang kemudian ligan H2O
ini diganti oleh NH3 karena NH3 sebagai ligan kuat yang
dapat mendesak ligan netral H2O sehingga warnanya berubah dari biru
menjadi biru tua. Kemudian ditambahkan etanol secara perlahan-lahan melalui
dinding tabung agar alkohol tidak bercampur dengan larutan melainkan dapat
menutupi larutan dalam hal ini diperoleh 2 lapisan yaitu lapisan yang pertama
yaitu etanol berwarna keruh dan lapisan ke dua campuran aquades + amoniak pekat
+ padatan CuSO4.5H2O yang berwarna biru keunguan. Karena
jika tercampur, etanol dapat bereaksi dengan atom pusat Cu2+
membentuk Cu(OH)2 (Risky, 2011).
Etanol berfungsi untuk mencegah
terjadinya penguapan pada ammonia, karena apabila ammonia menguap, maka ligan
akan habis sebab ammonia merupakan penyedia ligan. Setelah penambahan etanol,
langsung ditutp dengan kaca arloji dengan tujuan agar Etanol tidak menguap
karena etanol tergolong sebagai pelarut yang mudah menguap, sama halnya dengan
sifat alkohol lainnya. Proses selanjutnya yaitu didiamkan selama 1 hari 2 malam
agar proses pembentukan kristal lebih cepat, kemudian disaring untuk memisahkan
kristal dari larutannya. Setelah Kristal dipisahkan dari larutan, kristal
dicuci dengan ammonia hidroksi (campuran ammonia pekat dengan etanol) untuk
mempermantap ligan dan untuk memurnikannya dari pengotor-pengotor yang tidak
diinginkan yang mungkin terdapat dalam garam yang terbentuk pada saat dilakukan
penyaringan. Setelah itu dicuci dengan etanol sekali lagi untuk mengikat air.
Kristal yang diperoleh kemudian
dikeringkan agar air yang masih ada pada kristal menguap sehingga diperoleh
kristal yang betul-betul kering. Setelah dikeringkan, kristal ditimbang untuk
mendapatkan berat Kristal adapun berat Kristal yang diperoleh yaitu 20,36 gram
dan persen rendemen yang diperoleh yaitu 138,2 % hal ini sangat jauh berbeda
dengan literature yang ada dimana dalam literature yaitu 100 % hal ini
dikarenakan kurangnya ketelitian dalam hal pengeringan sehingga masih ada air
yang belum menguap semua sehingga tertinggal dan mempengaruhi penimbangan
(Annisanfussi, 2009)
Kompleks merupakan suatu senyawa
yang ligannya (ion, molekul atau gugus atom donor elektronnya) membentuk
ikatan-ikatan koordinasi dengan ion atom pusat. Ligannya sebagai donor pasangan
elektron dan atom pusatnya sendiri bertindak selaku akseptor pasangan elektron
tersebut. Tak jarang pula kompleks-kompleks tersebut mengandung
elektron-elektron tak berpasangan, tak berwarna, serta bersifat paramagnetik,
syarat terbentuknya senyawa kompleks:
a.
Lebih mudah terbentuk jika jari-jari ion atau atom pusatnya kecil tetapi memiliki muatan besar.
b. Ion
tersebut mempunyai orbital kosong dengan tingkat tenaga yang hampir sama.
Terbentuknya senyawa kompleks dibagi
atas 2:
1.
Atom pusat menerima elektron sehingga
membentuk orbital yang stabil dan tiap
orbital yang stabil ini memiliki sepasang elektron dengan spin
berlawanan.
2.
Atom pusat menerima molekul-molekul koordinasi yang cukup sehingga
molekul-molekul yang mempunyai atom pusat tadi membentuk struktur yang simetris
yang biasanya berupa kubus tetrahedron dan octahedron (Anonim, 2011).
D. Perbandingan dari garam biasa, garam
rangkap dan garam kompleks
Pada
perlakuan ini dimana mengambil 1 ml
masing-masing sampel kemudian menambahkan aquades, larutan HCl pekat dan
NaOH encer. Pada garam biasa setelah ditambahkan dengan aquades terjadi
perubahan warna dari biru muda menjadi biru keruh, pada garam rangkap setelah
ditambahkan aquades larutannya menjadi biru sedangkan pada garam rangkap larutannya
menjadi biru tua. Hal ini dikarenakan pada garam rangkap terjadi penguraian
menjadi ion-ion pengusunnya sedangkan pada garam kompleks terjadi penguraian
menjadi ion pengusunnya dan ion kompleksnya (Risky, 2011).
Pada
perlakuan yang selanjutnya yaitu penambahan HCl pekat. Garam biasa ketika
ditambahkan dengan HCl pekat larutannya berubah dari warna biru menjadi bening.
Pada garam rangkap ketika ditambahkan HCl terjadi perubahan warna dari biru
menjadi hijau sedangkan pada garam kompleks ketika ditambahkan dengan HCl
larutannya berubah warna menjadi hijau muda. Hal ini dikarenakan karena pada
garam rangkap terbentuk NH4Cl dan H2SO4
sedangkan pada garam kompleks menghasilkan [Cu(NH3)4]Cl2
yang berwarna hijau (Risky, 2011).
Pada perlakuan
yang selanjutnya yaitu penambahan NaOH encer. Pada garam biasa ketika
ditambahkan dengan NaOH encer larutannya berubah warna dari biru bening menjadi
biru tua dan terdapat endapan. Pada garam rangkap ketika ditambahkan dengan
larutan NaOH larutannya berubah warna dari biru
menjadi biru tua dan terdapat endapan sedangkan pada garam kompleks
ketika ditambahkan dengan larutan NaOH encer larutannya berubah warna dari biru
tua menjadi biru keruh dan terdapat endapan. Hal ini dikarenakan pada garam
rangkap terbentuk NH4OH dan NaSO4 sedangkan pada garam
kompleks terbentuk endapan [Cu(NH3)4](OH)2
(Risky, 2011).
VII.
Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang diperoleh berdasarkan tujuan dan hasil pengamatan
yaitu : Rekristalisasi adalah proses
suatu pemurnian suatu zat agar memperoleh Kristal yang lebih murni. Adapun berat
garam rangkap yang diperoleh yaitu 31.96 gram dengan persen rendemen 108,5 %
sedangkan untuk garam kompleks yaitu 14,73 dengan persen rendemen 138,2 %.
DAFTAR PUSTAKA
Annisanfushie.
2009. Pembuatan Garam Kompleks dan Garam Rangkap.
http://annisanfushie.wordpress.com/2009/04/22/pembuatan-garam-kompleks-dan-garam-rangkap/ ( diakses
2012/11/10)
Anonym.
2011. Pembuatan Garam Kompleks Dan Garam Rangkap
http://laporan-kita.blogspot.com/2011/07/pembuatan-garam-kompleks-dan-garam.html (diakses 2012/11/09)
Stmujahidah.
2011. Pembuatan Garam Kompleks dan Garam Rangkap.
http://1stmujahidah.wordpress.com/2011/05/28/pembuatan-garam-kompleks-dan-garam-rangkap/ ( diakses
2012/11/10).
Staf
pengajar. 2012. Penuntun Praktikum Kimia Anorganik Fisik.
UNTAD Press.
Palu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar