Sabtu, 23 Juni 2012

Makalah Propesi Guru " PENGERTIAN DAN SUMBER STRES DALAM PEKERJAAN GURU"

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pendidikan dalam arti luas mencakup seluruh proses hidup dan segenap bentuk interaksi individu  dengan lingkungannya, baik secara formal, non formal maupun informal, sampai dengan suatu  taraf kedewasaan tertentu. Sedangkan secara terbatas, pendidikan diartikan sebagai proses interaksi belajar mengajar dalam bentuk formal yang dikenal sebagai pengajaran.
Oleh karena ada bermacam-macam program kegiatan sekolah yang harus dilakukan oleh guru. Seperti pelaksanaan Praktik Industri selama 3 bulan dimana siswa wajib melakukan praktik kerja di perusahaan, kantor selama minimal tiga bulan dan guru bertugas sebagai pemantau siswa. Sekolah melaksanakan Uji Produktif dimana guru harus mempersiapkan siswa untuk menghadapi uji praktik melakukan pekerjaan. Guru harus mengaplikasikan teori pelajaran ke dalam praktik yang sesungguhnya. Guru mengurus unit produksi di sekolah, guru  mempersiapkan bahan pengajaran, dan tugas-tugas lainnya.
Adanya tugas sebagai guru di SMK dengan beban yang berat tersebut bisa menimbulkan ketidakpuasan kerja guru ini bisa terjadi dimana fungsi guru berubah dari fungsi yang sebenarnya sebagaimana dikemukakan oleh Malik Fajar di atas. Ini bisa terjadi disebabkan oleh faktor beban kerja guru yang berat tidak sebanding dengan besarnya gaji, kurangnya penghargaan dan pengakuan dari pimpinan, iklim organisasi yang tidak kondusif adanya tekanan kerja (stres) yang timbul dari akibat pekerjaan di sekolah, dan penyebab lain. Banyak faktor yang diduga berhubungan dengan kinerja guru, antara lain: pengelolaan stres kerja, pengalaman kerja, keterampilan teknis, tingkat pendidikan, pengetahuan administrasi pembelajaran, motivasi kerja, gaya kepemimpinan kepala sekolah, dan kecerdasan emosional.
Tuntutan hidup demikian besar pada satu sisi, sementara pada sisi lain tanggung jawab dan beban moral yang dipikul sebagai seorang pengajar dan pendidik sangat besar sering mengakibatkan stres kerja/tekanan mental akibat dari kerja pada guru. Belum lagi jika guru menjadi sasaran kritik atas gagalnya suatu proses pendidikan yang dialami oleh anak didiknya. Tak jarang guru akhirnya mengambil sikap apatis terhadap profesinya di tengah dilema tanggung jawab serta tuntutan sosial ekonomi.
Salah satu alasan penting mempelajari stres pada guru adalah bahwa berdasarkan pengalaman, stres pada guru dapat mempunyai efek yang merugikan pada diri guru, siswa dan lingkungan kerjanya. Stres tersebut dapat berbentuk kelelahan fisik, emosi, sikap yang negatif terhadap siswa, dan keinginan untuk mengurangi tugas-tugas personal (Schwab dan Jackson, 1986). Konsekuensi dari kelelahan fisik dan emosi ini bisa berbentuk ketidakhadiran guru, sehingga bisa jadi mendorong ketidakhadiran siswa dan tidak adanya prestasi akademis.
Stres pada guru mungkin bisa ditandai dengan munculnya gejala-gejala seperti tidak sabaran, baik dalam sosialisasi maupun saat menghadapi siswa di kelas, lekas marah, sensitif atau mudah tersinggung, bersikap apatis, kurang dapat konsentrasi dalam mengajar, pelupa, peka terhadap kritik yang ditujukan pada dirinya, atau bisa muncul efek organisatoris/kelembagaan yaitu sering absen (tidak masuk) kerja dengan berbagai alasan. Menghindari tanggung jawab, produktivitas kerja/mengajar rendah atau turun, dan justru sering dihinggapi rasa benci terhadap pekerjaan sebagai gejala yang ekstrim.
Menurut Sullivan dan Bhagat (1992), dalam studi mereka mengenai stres kerja (yang diukur dengan role ambiguity, role conflict, dan role overload) dan kinerja, pada umumnya ditemukan bahwa stres kerja berhubungan secara negatif dengan kinerja.

Kerja guru merupakan kumpulan dari berbagai tugas untuk mencapai tujuan pendidikan. Motivasi dalam menjalankan tugas merupakan aspek penting bagi kinerja atau produktivitas seseorang, ini disebabkan sebagian besar waktu guru digunakan untuk bekerja. Guru akan berusaha mencapai kinerja tertentu sesuai dengan yang dikehendaki sekolah, jika merasa senang dan puas dengan pekerjaannya. Setiap guru yang merasa puas akan bekerja pada tingkat kapasitas penuh.
Keinginan yang timbul dalam diri guru untuk bekerja atau biasa disebut dengan motivasi kerja akan mendorong guru untuk selalu memberikan yang terbaik bagi sekolah tempat ia bekerja. Guru tersebut akan berusaha mencari cara dan melakukan hal-hal yang dapat meningkatkan kualitas kerja dan mutu sekolahnya. Guru yang termotivasi, tidak akan puas dengan apa yang didapat/dicapainya, dalam dirinya ada keinginan untuk meningkatkan apa yang sudah dicapai. Guru juga akan selalu berusaha terus untuk mendapatkan apa yang diinginkan, dengan berusaha meningkatkan mutu secara terus-menerus maka berarti pula meningkatkan kinerja dari guru tersebut. Guru yang mempunyai motivasi kerja akan dapat meningkatkan kinerjanya. Oleh karena itu dalam upaya peningkatan kinerja guru, menarik untuk dikaji lebih lanjut mengenai stres kerja dan motivasi kerja pada guru-guru.
B.    Perumusan Masalah
1.    Apakah Pengertian Stress dalam diri seseorang atau seorang guru?
2.    Apakah Sumber Stres dalam Pekerjaan Guru ?
3.   
C.    Tujuan
1.    Untuk mengetahui Pengertian Stres
2.    Untuk mengetahui Sumber Stres dalam Pekerjaan Guru


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian
Stres merupakan fenomena psikofisik yang bersifat manusiawi, dalam arti stres itu bersifat inheren dalam diri setiap orang dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Stres dialami oleh setiap orang, dengan tidak mengenal jenis kelamin, usia, kedudukan, jabatan atau status sosial ekonomi. Stres dapat memberikan pengaruh positif maupun negatif terhadap individu. Pengaruh positif, yaitu mendorong individu untuk melakukan sesuatu, membangkitkan kesadaran, dan menghasilkan pengalaman baru. Sedangkan pengaruh negatif, yaitu menimbulkan perasaan-perasaan tidak percaya diri, penolakan, marah, atau depresi; dan memicu berjangkitnya penyakit sakit kepala, sakit perut, insomnia, tekanan darah tinggi, atau stroke.
Walter Cannon, sekitar tahun 1932 mengemukakan bahwa manusia merespon peristiwa stres dengan fisik maupun psikis untuk mempersiapkan dirinya, apakah melawan/mengatasi atau menghindar/melarikan diri dari stres (fight or fight response). Selanjutnya dia mengatakan bahwa ketikan individu mempersepsi adanya ancaman maka tubuhnya secara cepat mereaksinya melalui sistem syaraf simpatetik dan sistem endoktrin. Respon atau reaksi tubuh itu memobilisasi organisme untuk menyerang atau menghindari ancaman tersebut. Cannon berpendapat bahwa di satu sisi, respon atau reaksi fight-or-fight itu merupakan usaha organisme untuk beradaptasi, sebab melalui reaksi itu organisme dapat merespon ancaman secara cepat. Di sisi lain, stres itu dapat merugikan organisme karena menggangu fungsi emosi atau fisik, serta dapat menyebabkan masalah kesehatan setiap saat. Apabila stres tersebut terus-menerus terjadi, berarti individu akan mengalami masalah kesehatan selamanya.
Sementara A. Baum (Shelley E. Taylor, 2003) mengartikan stres sebagai “pengalaman emosional yang negatif yang disertai perubahan-perubahan biokimia, fisik, kognitif, dan tingkah laku yang diarahkan untuk mengubah peristiwa stres tersebut atau mengakomodasi dampak-dampaknya”.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa stres adalah perasaan tidak enak, tidak nyaman, atau tertekan, baik fisik maupun psikis sebagai respon atau reaksi individu terhadap stressor (stimulus yang berupa peristiwa, objek, atau orang) yang mengancam, mengganggu, membebani, atau membahayakan keselamatan, kepentingan, keinginan, atau kesejahteraan hidupnya.
B.    Sumber Stres dalam Pekerjaan Guru
Stres dapat muncul pada seluruh periode kehidupan manusia, baik pada masa bayi, masa kanak-kanak, masa remaja maupun pada masa tua. Penyebab stres pada bayi adalah lingkungan yang tidak ramah karena bayi harus menerima penyepihan dari ibunya, muncul peraturan baru, dan sebagainya. Dalam rangka penyesuaian terhadap lingkungan tersebut, bayi dapat mengalami stres. Sedangkan stres pada anak-anak dapat bersumber dari keluarga, sekolah maupun teman sepermainan. Salah satu sumber stres yang berasal dari sekolah, misalnya kurang berasilnya anak di bidang akademik. Sedangkan penyebab stres pada anak remaja pada umumnya disebabkan oleh kurang keberhasilan remaja tersebut terhadap lingkungan. Sementara stres yang terjadi pada orang dewasa lebih banyak disebabkan oleh kegagalan dalam hiudpnya.
    Faktor Pemicu Stres
Pemicu stres dapat berasal dari berbagai sumber, yang dapat dikelompokkan menjadi :
1.    stressor fisik-biologik, seperti penyakit yang sulit disembuhkan, cacat fisik atau kurang berfungsinya salah satu anggota tubuh, wajah yang tidak cantik/ganteng, dan postur tubuh yang di persepsi tidak ideal (seperti terlalu kecil, kurus, pendek, atau gemuk).
2.    Stressor psikologik, seperti negative thinking, frustasi, hasad (iri hati atau dendam), sikap permusuhan, perasaan cemburu, konflik pribadi, dan keinginan yang diluar kemampuan.
3.    Stressor sosial, dapat dari :
a.    Iklim kehidupan keluarga, seperti broken home, perceraian, perselingkuhan, suami atau istri meninggal, anak yang nakal, sikap dan perlakuan orang tua yang keras, salah seorang anggota keluarga mengidap gangguan jiwa, dan tingkat ekonomi yang rendah;
b.    Faktor pekerjaan, seperti kesulitan mencari pekerjaan, pengangguran, kena PHK, perselisihan dengan atasan, jenis pekerjaan yang tidak sesuai dengan minat dan kemampuan, dan penghasilan yang tidak sesuai;
c.    Iklim lingkungan, seperti maraknya kriminalitas, tawuran antarkelompok, harga kebutuhan pokok yang mahal, fasilitas air bersih kurang memadai, kemarau panjang, udara yang sangat panas/dingin, suara bising, polusi udara, lingkungan yang kotor, kemacetan lalu lintas, bertempat tinggal di daerah banjor atau rentan longsor, dan kehidupan politik dan ekonomi yang tidak stabil.
Terkait dengan faktor-faktor yang menyebabkan stres, Greenwood III dan Greenwood Jr (1976: 52-109) mengemukakan bahwa tubuh manusia merupakan sistem terbuka, yang dilengkapi dengan mekanisme homeostatik, yaitu kecenderungan untuk senantiasa memelihara kestabilan organisme, terutama setelah organisme mengalami gangguan. Faktor-faktor yang menggangu kestabilan (stres) organisme berasal dari dalam maupun dari luar. Faktor yang berasal dari dalam diri organisme adalah biologis dan psikologis, sedangkan yang berasal dari luar adalah faktor lingkungan.

BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Guru merupakan komponen yang berpengaruh dalam peningkatan mutu pendidikan di sekolah, oleh karena itu di harapkan gurup dapat bertanggung jawab dalam rangka peningkatan mengajar guru untuk mencapai daya serap yang tinggi atau meningkatkan hasil belajar siswa.
Guru pada guru adalah berdasarkan pengalaman, stres pada guru dapat mempunyai efek yang merugikan pada diri guru, siswa dan lingkungan kerjanya. Stres tersebut dapat berbentuk kelelahan fisik, emosi, sikap yang negatif terhadap siswa, dan keinginan untuk mengurangi tugas-tugas personal
Stress kerja adalah sebagai reaksi-reaksi emosional dan psikologis yang terjadi pada situasi dimana tujuan individu mendapat halangan dan tidak bisa mengatasinya. Motivasi kerja didefinisikan sebagai kondisi yang berpengaruh mebangkitkan, mengarahkan dan memelihara perilaku yang berhubungan dengan lingkungan kerja. Hipotesis dari penulisan makalah juga ini adalah :
1) terdapat hubungan yang negatif antara stres kerja dengan kinerja guru,
2) terdapat hubungan yang positif antara motivasi kerja dengan kinerja guru,
3) terdapat hubungan yang positif antara stres kerja dan motivasi kerja secara bersama-sama dengan kinerja guru.

B.    Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan maka penulis mengajukan saran-saran sebagai berikut :
1.    Saran kepada guru. Dalam melakukan pekerjaan sebagai guru banyak sekali tekanan-tekanan yang menimpa guru dilingkungan kerjanya. Tekanan tersebut sampai memicu stres kerja yang ternyata bisa berdampak positif dan negatif bagi guru. Hasil penulisan makalah ini menyatakan secara sendiri tidak ada hubungan antara stres kerja dengan kinerja, maka hendknya guru berupaya menghindari stres yang berlebihan sehingga akan merugikan jasmani maupun rohani para guru. Namun dari hasil penulisan makalah ini juga menyatakan bahwa stres yang diimbangi motivasi kerja dapat meningkatkan kinerja, maka disarankan agar guru untuk selalu melakukan pekerjaan dengan motivasi kerja yang tinggi agar bisa bersemangat, sedang adanya tekanan-tekanan kerja yang menimpa harus disadari sebagai suatu resiko pekerjaan. Stres yang masih batas wajar yaitu dimana masih memiliki akal sehat, tenaga yang dimilik masih bisa bekerja maka ini akan menjadi pemicu untuk maju.

DAFTAR PUSTAKA
http://pakarnoto.blogspot.com/2010/04/sumber-stres-dalam-pekerjaan-guru.html
http://guruvalah.20m.com/stres_motivasi_kinerja1.pdf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar